Drone sebagai Tugas Akhir: Inovasi Anak Bangsa atau Mesin Perang?
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi drone di Indonesia semakin pesat. Mulai dari sekadar hobi menerbangkan pesawat mini, hingga kini menjadi topik serius yang diangkat sebagai tugas akhir oleh mahasiswa dari berbagai jurusan teknik. Tidak sedikit kampus-kampus yang bangga memamerkan karya anak didiknya: drone dengan fitur otomatisasi, kamera pemetaan, bahkan sistem navigasi mandiri. Namun, di balik semua kebanggaan itu, ada satu pertanyaan yang mulai muncul: apakah drone ini benar-benar murni untuk inovasi dan kemajuan bangsa? Atau diam-diam diarahkan menjadi bagian dari sistem pertahanan dan perang?
Drone sebagai tugas akhir memang menjanjikan. Mahasiswa bisa menggabungkan berbagai disiplin ilmu—elektronika, pemrograman, bahkan desain industri. Hasilnya adalah alat canggih yang bisa terbang, mengambil gambar udara, memetakan wilayah, atau bahkan mengangkut barang. Ini adalah contoh nyata bagaimana ide dan kreativitas anak muda bisa menjadi solusi bagi banyak masalah, mulai dari pemetaan bencana alam hingga pengiriman logistik ke daerah terpencil.
Namun, perkembangan ini tidak bisa dilepaskan dari konteks global. Dunia saat ini sedang menghadapi ketegangan geopolitik yang tinggi. Banyak negara menggunakan drone sebagai alat militer: pengintai musuh, membawa senjata, bahkan menyerang target dari jarak jauh. Indonesia sendiri beberapa kali menunjukkan ketertarikannya pada pengembangan drone militer lokal. Dalam kondisi seperti ini, muncul pertanyaan etis: apakah karya mahasiswa yang seharusnya jadi simbol kemajuan dan kreativitas, bisa saja berakhir menjadi bagian dari proyek militer?
Ini bukan berarti membuat drone untuk keperluan militer adalah hal yang salah. Dalam kondisi tertentu, drone bisa membantu negara menjaga kedaulatan wilayah atau melakukan patroli di daerah sulit dijangkau. Namun, penting bagi kita untuk tetap waspada. Teknologi selalu bersifat netral, tetapi penggunaannya bisa dipilih untuk arah yang berbeda. Di sinilah pentingnya kesadaran etika dalam setiap riset dan proyek teknologi.
Mahasiswa dan dosen perlu berdiskusi terbuka soal potensi penggunaan hasil karya mereka. Apakah drone yang dibuat hanya untuk lomba atau dokumentasi alam? Atau diam-diam telah diuji coba oleh pihak tertentu untuk tujuan keamanan? Keterbukaan informasi dan kesadaran akan dampak teknologi menjadi sangat penting di era ini.
Di sisi lain, pemerintah dan lembaga pendidikan harus memberikan arahan yang jelas. Jika memang ada potensi kerja sama antara kampus dan militer, sebaiknya dilakukan secara transparan dan dengan tujuan yang jelas: demi pertahanan nasional, bukan sekadar uji coba senjata.
Kesimpulannya, drone sebagai tugas akhir bisa menjadi simbol inovasi anak bangsa yang membanggakan. Namun, di tengah situasi global yang tidak menentu, kita harus tetap kritis dan sadar akan potensi penyalahgunaannya. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk pintar membuat teknologi, tetapi juga bijak dalam menentukan ke mana arah teknologi itu digunakan.
Komentar
Posting Komentar